Tags
Panca Wali Krama, sekarang dikenal dengan Panca Bali Krama, upacara umat Hindu yang diadakan 10 tahun sekali di Pura Besakih, di kaki Gunung Agung, Karangasem.
Ribuan umat datang untuk menghaturkan doa setiap harinya, apalagi saat puncak acara saat purnama kadasa tanggal 9 April 2009, bahkan lebih dari ribuan rela antri sepanjang 5 km (ini tak terhitung dari parkiran ke puranya).
Meski saya bukan seorang rohis, tetap ada keinginan untuk ‘tangkil’ (maksudnya: datang untuk menghaturkan doa dan sembah kepada Tuhan). Kali ini saya memutuskan untuk pergi bersama seorang teman kantor, Wayan Tawan, satu-satunya orang yang antusias mendukung keinginan saya berangkat ke Besakih di malam hari sepulang dari kantor.
Jumat itu, jam 6 sore saya langsung mengisi perut di rumah sepulang kantor. Bayangkan jika tidak makan, apa yang terjadi dengan badan ini yang harus nyetir selama 2.5 jam (belum plus macet). Beruntung sekali punya ibu yang cekatan bisa membuat ‘sodan’ (maksudnya: haturan buat sembahyang) dalam waktu sekejap. Tadinya saya nggak kepikiran untuk membawa ‘sodan’ hanya canang saja sudah cukup. Tapi dengan adanya ‘sodan’ instant ini, keinginan saya semakin mantap untuk sembahyang ke Besakih.
Nggak seperti yang saya duga, meskipun berangkat malam, tetap saja terjebak kemacetan yang cukup bikin kaki pegal mengatur keseimbangan gas dan kopling. Belum lagi hujan yang mengguyur sangat lebat, wiper mobil tercepat pun tidak terlalu berpengaruh untuk memandang mobil di depan yang lampu belakangnya (untung) hidup normal.
Hari itu benar-benar diberkati, saat banyak orang tidak boleh parkir di atas (area paling dekat dengan pura), saat itu saya dan rombongan berhasil memarkir mobil dengan cantik.
Ini pemandangan unik di malam hari, Pura Besakih yang biasanya sepi tapi saat perayaan ini begitu ramai tumpah ruah. Beruntung setiap masuk ke bagian pura kita tidak perlu antri. Mendengar logat dari orang-orang yang datang saat itu, bisa dipastikan mereka dari berbagai kabupaten. Bayangkan saja, saat saya yang mau balik ke Denpasar jam sekitar 00.30 WITA, di perjalanan menuju parkiran masih terlihat banyak sekali orang-orang baru datang untuk sembahyang. Saat itu terpikirkan bahwa, jika memang niat ada untuk Tuhan, apapun yang terjadi tidaklah menjadi masalah yang berarti.